Friday, September 15, 2017

Baca_Cerita_Agen_Poker_Cerita_Dewasa Sex Mesum
Aku Jeany, kini usiaku masuk 24 tahun Selama ini aku dan Mang Lukman sudah lama tidak melakukan belaian seperti dulu, mungkin 10 bulan lamanya sejak Dedi kemenakan mang Lukman merengut kegadisanku…dan tanpa aku sadari ternyata setelah kepulangan Dedi ke kampungnya Subang, Deditelah menceritakan kisahnya kepada mang Lukman pamannya itu yang sampe saat ini kembali kerja sebagai sopir keluarga Kami. Hingga suatu saat Mang Lukman bertanya seperti ini kepadaku.






                                               Cerita Dewasa Sex_Mesum Tidak Kalah






Neng Jeany kenapa melakukannya sama keponakan mamang??” Kontan saja saat mang Lukman Tanya itu aku kaget sekali, aku pikir Dedi akan diam seribu bahasa, tapi kenyataannya Dedi malah cerita ke pamannya itu, dan aku malu sekali mendengarnya langsung dari pertanyaan Mang Lukman, padahal beberapa bulan lalu atau mungkin satu tahun lalu Mang Lukman hanya membelai-belai daerah sensitifku dan tidak berani untuk membobol keperawananku yang ternyata keperawananku hancur oleh keponakannya sendiri .


Saat itu aku hanya tertunduk malu ketika Mang Lukman Tanya masalah itu ke aku yang kira-kira pada awal bulan Januari 2015, yang sudah hampir 2 bulan sejak Dedi membobol keperawananku aku tidak pernah bermain belaian sex sama siapapun termasuk Mang Lukman, karena sejak aku berhubungan badan untuk pertama kalinya itu aku anggap itu yang terakhir kali melakukannya (malah aku sempat bersumpah untuk tidak melakukan kegiatan sex sekecil apapun), tapi terus terang saja kalo aku betul-betul tersiksa dengan gejolak sex yang sudah aku tahan sejak 10 bulan lalu.


Dan ternyata Mang Lukman mengungkit lagi masalah itu sehingga terlintas lagi bayangan sex di pikiranku ketika mang Lukman bertanya tentang hubungan sex ku dengan keponakannya. Saat mang Lukman Tanya itu aku lagi nonton tivi di ruangan bawah pagi jam 10 dan seperti biasa di rumah sepi karena ortu pada kerja dan adikku sekolah.


Aku masih ingat betul saat itu tanggal 4 Januari 2015. Aku jawab saat itu begini


“ah Mang Lukman ….udah ah jangan Tanya masalah itu lagi, Jeany jadi malu dengernya…” begitu kira-kira jawabku saat itu…lalu mang Lukman tersenyum sambil agak mendekatkan wajahnya ke arahku yang saat itu sedang tiduran di sofa depan tivi dan ngomong seperti ini


“dulu neng Jeany suka diusap sama mamang….kalo mamang ngajak Neng Jeany lagi usap-usapan lagi kira-kira neng Jeany mau ga??”


Aku tentu saja menggeleng sambil menyuruh mang Lukman meninggalkan ruangan keluarga
“udah mang jangan ganggu Jeany deh…mending Mamang ke dapur aja gih!!!” kataku setengah menghardik saat itu. karena jenuh nonton tivi aku kepengen mandi pagi saat itu yang kebetulan ada kuliah jam 12 dan langsung menuju kamar mandi dan setelah selesai keramas aku langsung menuju ke atas kamarku sambil pake daster dan di kamar aku langsung pasang hair dryer untuk keringin rambut sambil terlihat pintu kamarku setengah terbuka karena aku anggap ga ada siapa-siapa diatas aku membuka daster yang kebetulan tidak memakai cd dan bh jadi langsung aku buka saat itu dan ternyata mang Lukman mengintip kegiatanku membuka daster yang sudah pasti saat itu aku telanjang bulat.


Aku lihat dari cermin kamar bayangan Mang Lukman sedang menyapu tapi tatapannya ke arah tubuhku aku memekik kaget dan menutup kamar dan ternyata Mang Lukman malah lebih nekat memasuki kamarku yang kebetulan ga ada kuncinya itu aku menutup dadaku dengan tanganku saat itu dan memohon ke mang Lukman untuk meninggalkan kamarku saat itu eh dia malah tersenyum sambil bilang gini


“neng Jeany kenapa jadi penakut begitu padahal beberapa waktu lalu Neng Jeany meminta mamang untuk mengusap-ngusap neng Jeany, mamang kepengen merasakan seperti yang Dedi rasakan waktu itu boleh kan, dijamin mamang ga akan melakukannya dengan kasar kok ”begitulah katanya dengan tetap melihat bagian tubuhku yang vital, saat itu aku hanya menutup pake tangan kemaluan ku dan dadaku dan tentu saja bagian-bagian tubuhku yang lain terlihat jelas putih dan mulus.


Saat itu Mang Lukman makin berani mendekatiku sambil mendesakku ke arah dinding kamarku yang membuat aku semakin ketakutan karena saat itu aku berjanji ga akan melanggar sumpahku untuk tidak melakukan kegiatan sex dengan siapapun walau beberapa bulan lalu aku sempet minta di usap-usap sama mang Lukman.


O ya saat itu aku masih tetep single ga punya pacar karena takut sama mama kalo punya pacar, dan setelah mang Lukman semakin mendesak ke arah dinding semakin dekat pula hembusan nafasnya di wajahku dan dia mulai membelai rambutku sambil aku memohon ke dia untuk tidak meneruskan aksinya sampai aku bilang begini Bandar_Poker


“mamang jangan teruskan, Jeany udah janji ga akan lagi seperti dulu-dulu saat sama mamang karena Jeany takut ketagihan mang, tolong mang berhenti…”


Sambil sedikit demi sedikit berjongkok sambil tetap tanganku menutup aurat yaitu dada dan kemaluan ku dengan keadaan telanjang saat itu , eh mang Lukman malah bilang gini


“ tenang neng Jeany mamang pasti akan lembut melakukannya Neng….soalnya mamang lihat akhir-akhir ini neng Jeany sering melamun dan semakin hari neng Jeany semakin membuat mamang jatuh cinta dengan kemulusan dan kecantikan neng Jeany, apalagi disaat neng Jeany dibalut handuk , aduh mamang mah ga kuat melihatnya juga neng…


“Beda sekali dengan beberapa bulan lalu neng….saat ini neng Jeany semakin kelihatan cantiknya”katanya dengan logat sunda merayu dan saat aku berjongkok begitu aku memejamkan mata saat dia mulai elus-elus rambut,pipi dan kelopak mata aku yang saat itu agak sedikit air mata,dan tangannya terhenti di telinga dan usap-usap di telinga sambil sesekali melebar usapannya ke leher yang lambat laun merangsang gairah sexku yang saat itu sudah tidak mens lagi sejak 3 hari.


Aku pun terdiam disaat mamang ikut jongkok dan membelai tangan yang menutup bagian dada, sambil tetep memejamkan mata ini, dan mamang membukakan tangan ini dari dada dan anehnya aku pun menurut saat itu ketika dadaku mulai terbuka karena mamang menyibakkan tangan yang menghalangi dada ini.


Lalu dia menaruh tangan kiri aku ke bawah sehingga di posisi jongkok itu dia bisa secara jelas melihat dadaku kiri dan kanan yang mancung, dan mamang pun mulai membelai dada ini saat itu sambil tetep kami berjongkok berdua dan sesekali dia melihat ke arah kemaluan ku yang masih ku tutup dengan tangan kananku dan tangannya menyibakan tangan kanan ku yang saat itu menghalangi kemaluan ku dan akupun seperti dihipnotis menurut dengan lemah aku turunkan tangan kananku.


Saat itu sehingga posisiku waktu itu berjongkok bersandar ke dinding kamar dan tanganku dua-duanya aku turunkan ke bawah yang tentu saja dengan leluasa Mang Lukman melihat pemandangan indah yang akhir-akhir ini ngga pernah lagi dinikmatinya seperti dulu.


Dan setelah mang Lukman mulai menyentuh kemaluan ku dengan posisi berjongkok itu akupun ikut hanyut menikmatinya karena sudah lama sekali aku tidak melakukannya sejak 10 bulan lalu berhubungan badan pertama kali dengan keponakannya Dedi. Aku memejamkan mata dan mencoba menikmati suasana itu sambil sesekali tak sadar mengeluarkan suara desahan yang mungkin membuat mang Lukman tambah bernafsu saja saat itu. Lalu dia mencoba memangku tubuhku saat itu ke atas ranjangku dan anehnya aku mengulurkan tangan saat itu seperti memberi akses kepadanya untuk lebih jauh lagi melakukan kenikmatan.


Saat itu aku betul-betul hanyut dengan sentuhannya dan melihat jam di dinding kamarku sudah jam 12 siang,artinya aku harus kuliah tapi ga kepikir untuk bersiap-siap kuliah hanya perasaan nikmat yang ada dipikiranku saat mang Lukman mengangkat tubuhku ke atas kasur…dan adegan berikutnya mang Lukman membuka ghespernya yang usang itu lalu pelan-pelan sekali membuka celananya sendiri yang ternyata dia ga pake celana kolor lagi saat itu dan terlihatlah kemaluan nya yang menegang kalo dibandingkan dengan burung keponakan nya lebih kecil diameternya tapi lebih putih warnanya…


Sambil membuka celananya itu dia masih tetap memakai kemeja lusuhnya dan meminta aku untuk mengusap kemaluan yang tegang itu. Aku pun dengan pelan-pelan meraih kemaluan mang Lukman yang hangat dan berdenyut lalu perlahan mengocoknya seperti yang pernah aku lakukan setahun lalu di mobilku bersamanya.


Dia dengan posisi berlutut merem melek ketika aku mengocoknya perlahan sementara aku hanya berbaring saja di kasur dengan posisi tidur terlentang dan sesekali dia melihat ke arahku dan tak lama dia meraih buah dadaku yang putih mulus, memang dadaku ini sedang untuk ukuran cewe hanya 34b nomor bh ku tapi mancung, putih dan mulus tanpa cacat, mungkin itu yang membuat mang Lukman tergila-gila.


Lalu kemudian dia mendekatkan wajahnya ke wajahku dan berusaha mencium bibirku tapi aku menolaknya dengan menggelengkan kepala di bantal saat itu dan dia hanya menciumi kening leher dan dadaku lalu ciumannya ke perut dan berakhir di kemaluan ku yang sudah basah sekali …ah nikmat sekali rasanya…aku menolak diciumnya karena mang Lukman perokok jadi bau sekali nafasnya dengan bau rokok cerutu kebiasaannya. Tapi saat dia berlama-lama cium daerah kemaluan ku aku betul-betul di awang-awang dan mengejang seperti ingin pipis tapi nikmat sekali.
Setelah aku orgasme dan tubuhku bersimbah keringat dia menghentikan kegiatannya, lalu Tanya gini ke aku



“neng Jeany….kalau burungnya mamang dimasukin ke itu nya neng Jeany…boleh ga??”katanya lembut Aku hanya menganguk saat itu lalu dia bilang lagi”tapi neng Jeany istirahat saja dulu…mamang liat neng Jeany kepanasan” Aku menganguk saat itu, memang cuaca di atas sini panas sekali kalo siang-siang apalagi jam 12-an.


Tak lama 15 menit kemudian mang Lukman membawakan air putih dingin dari bawah dengan hanya pake baju kemeja lusuhnya saja dan terlihat burungnya mengecil Lalu setelah aku meminumnya dia Tanya begini


“neng Jeany saat itu pernah mengulum burung nya Dedi ngga?”tanyanya polos,aku pikir saat itu 


“dasar dari kampung,polos banget pertanyaannya” lalu menggeleng jujur…dan dia tersenyum seakan dia ingin dikulum burungnya.


Dan setelah aku menaruh gelas di meja dia naik lagi ke kasur kamarku dan mulai membelai dadaku lagi….aku kemudian berbaring lagi memejamkan mata dan mulai menikmati sentuhannya lagi sambil agak mengangkat kaki kiriku saat itu aku mengerang dan mendesah saking nikmatnya dan burung mang Lukman terlihat berdiri lagi dan mendekatkannya ke arah mulutku aku sempet menggeleng tapi dia setengah memaksa mendekatkan kemaluan nya ke arah bibirku.


Sekilas tercium bau keringat di sekitar kemaluan nya dan aku berusaha untuk tidak menghirupnya dan mencoba membuka mulut ini saat mamang menyodorkan kemaluan yang diameternya lebar itu dan saat aku mulai menyentuhkan lidah ke liang penisnya terasa asin dan aneh lalu lambat laun aku memasukan agak lebih dalam ke mulutku…dan itu adalah kemaluan laki-laki ke dua yang aku kulum setelah kemaluan Dedi keponakannya beberapa waktu lalu.


Agak lama aku memaju mundurkan kepalaku saat mengulum kemaluan mang Lukman di mulutku saat itu dan terasa pegal mulutku saat itu dan akhirnya sekitar 15 menit kemudian keluarlah air kental berasa aneh dari kemaluan nya yaitu sperma mang Lukman muncrat tepat di mulutku yang mungkin setengahnya termakan olehku saat itu , aku sempat tersedak dan mau muntah tapi ditutupkan mulutku ini sama mang Lukman waktu itu, sehingga termakan hampir seluruhnya sperma nya itu.


Setelah itu dia mencoba menjilati kemaluan ku yang basah sambil sesekali tangannya aktif membelai dadaku dua-duanya lama sekali sehingga aku merasakan orgasme ke 2.
Setelah kami istirahat ½ jam sambil sesekali bercerita dengannya, kami mulai melakukan kegiatan lagi yang ketiga kalinya aku liat jam 2 siang artinya aku ga kuliah hari itu, sementara ortuku sama ade ku ada di rumah tepat jam 6 sore.


Saat itu sempet terpikir olehku kalo mang Lukman ini ingin mencicipi tubuhku seperti keponakannya membobol keperawananku. Tapi aku ga peduli saat itu yang ada hanyalah kenikmatan demi kenikamatn saat itu yang kami lakukan berdua, betul-betul hari yang melelahkan sekaligus mengasikan.


Saat kegiatan yang ke 3 ini kami mulai belai satu sama lain dia belai dada kemaluan paha dan punggung,sementara aku belai penis dada dan sesekali wajahnya dan saat itu kami sempet berciuman bibir rasanya aneh sekali, mang Lukman yang usianya 50 tahunan menciumi bibir mungilku yang merah ini tapi saat bermain lidah itu enak rasanya dan saat itulah mang Lukman mengarahkan penisnya ke kemaluan ku.


Mamang terlihat hati-hati dan pelan-pelan memasukannya karena masih sempit dan terasa perih beberapa kali ga berhasil masuk tapi setelah dengan sabar dia mangarahkannya dan aku Bantu dengan mengarahkan penisnya ke kemaluan ku akhirnya masuk juga walau agak sedikit nyeri(maklum aku hanya dua kali melakukannya lagi pula rentang waktu 10 bulan cukup lama) yang pada akhirnya aku merasakan nikmat tiada tara yang lebih nikmat melakukannya dibanding dengan keponakannya itu. Bandar_Ceme

                            Agen_poker_Bandar_Ceme_Capsa_Domino_Q_Terpercaya_Dan_Aman

Setelah sekian lama kami bersenggama akhirnya aku berteriak
“ahhhhhhh……mmmmaaammaaaang”maka aku pun orgasme untuk ke 3 kalinya sementara mang Lukman terlihat blum keluar dan dia mencabut kemaluan nya dan menyuruh aku mengulumnya kali itu agak lama aku mengulumnya dan terasa pegal mulut ini hampir ½ jam akhirnya keluar juga spermanya….


Dan kami masing-masing berpakaian setelah terlihat jam dinding sudah jam 4 sore…… Sejak saat itu sampe sekarang kami sering melakukan hubungan badan ini yaitu dengan mencuri-curi kesempatan di saat rumah sepi...

Thursday, August 24, 2017

AGEN"POKER ; POAST CERITA DEWASA PENBACA CERITA SEX

Agen"Poker ; Post Cerita Dewasa Penbaca Cerita Sex



                                              Agen"Poker ; Post Cerita Dewasa Penbaca Cerita Sex
                         
Apa kabar para pembaca sekalian, perkenalkan namaku Edho. Aku bertempat tinggal di pulau dewata, dimana pulau dewata adalah surganya para wisatawan di negri tercinta kami ini. Sebelum aku berpindah tempat tinggal, dulunya aku tinggal di Jakarta. Nah kali ini aku akan menceritakan tentang pengalaman pertamaku, dimana aku mengenal tentang sexs.

Wednesday, July 12, 2017

CERITA, DEWASA, HOT, SANG, ISTRI, SANGEK

                                       Ayok, Buluan, Baca, Cerita, Hot, Yang, Tidak, Kalah, 

Thursday, May 11, 2017

cerita dewasa' aku tau cerita sex dari aku kecil sampai dewasa

                                      Cerita Dewasa'  Aku Tau Cerita Sex Dari Aku Kecil Sampai Dewasa 





Namaku Dian Ratnasari (nama samaran). Umur 23 tahun. Aku mahasiswi di sebuah perguruan tinggi di Bandung. Asalku dari Jawa Timur, jadi niatnya cuma belajar di Bandung ini. Siapa tahu bisa jadi tukang insinyur. Aku tinggal di kawasan Dago, menempati sebuah rumah yang cukup luas milik keluarga pamanku. Rumah itu sepi dengan beberapa kamar kosong. Hanya ada aku, seorang pembantu yang cukup tua dan dua ekor anjing peliharaanku serta beberapa ikan di dalam akuarium di sudut ruang tamuku. Keluarga pamanku tinggal di Inggris, karena tugas belajar yang harus ia lakukan.

Wednesday, May 10, 2017

cerita dewasa" aku suka kali sma sepupuku, dadah nya sexy banget

Image result for foto cewek cantik sexy
                         Cerita dewasa' aku suka  kali sma sepupuku' dadah nya sexy banget             




Aku punya sepupu, tisi namanya.dia cantik, sexy, buah dadanya montok banget. Udah lama aku pengen nyobain dia. Sampai suatu ketika aku main dan nginap di rumahnya.

Saturday, May 6, 2017

cerita dewasa yang paling hot dan sex sy

Image result for cewek korea bugril
                                                 Cerita Dewasa Yang Pling Hot Dan Sex Sy
Kata orang tahi lalat di daguku seperti Berliana Febriyanti, dan bentuk tubuhku mirip Minati Atmanegara yang tetap kencang di usia yang semakin menua. Mungkin mereka ada benarnya, tetapi aku memiliki payudara yang lebih besar sehingga terlihat lebih menggairahkan dibanding artis yang kedua. Semua karunia itu kudapat dengan olahraga yang teratur.
Kira-kira 6 tahun yang lalu saat usiaku masih 38 tahun salah seorang sehabatku menitipkan anaknya yang ingin kuliah di tempatku, karena ia teman baikku dan suamiku tidak keberatan akhirnya aku menyetujuinya.
Nama pemuda itu Sandi, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm. Badannya kurus kekar karena Sandi seorang atlit karate di tempatnya. Oh ya, Sandi ini pernah menjadi muridku saat aku masih menjadi guru SD.
Sandi sangat sopan dan tahu diri. Dia banyak membantu pekerjaan rumah dan sering menemani atau mengantar kedua anakku jika ingin bepergian. Dalam waktu sebulan saja dia sudah menyatu dengan keluargaku, bahkan suamiku sering mengajaknya main tenis bersama.
Aku juga menjadi terbiasa dengan kehadirannya, awalnya aku sangat menjaga penampilanku bila di depannya. Aku tidak malu lagi mengenakan baju kaos ketat yang bagian dadanya agak rendah, lagi pula Sandi memperlihatkan sikap yang wajar jika aku mengenakan pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuhku.
Sekitar 3 bulan setelah kedatangannya, suamiku mendapat tugas sekolah S-2 keluar negeri selama 2, 5 tahun. Aku sangat berat melepasnya, karena aku bingung bagaimana menyalurkan kebutuhan sex-ku yang masih menggebu-gebu. Walau usiaku sudah tidak muda lagi, tapi aku rutin melakukannya dengan suamiku, paling tidak seminggu 5 kali. Mungkin itu karena olahraga yang selalu aku jalankan, sehingga hasrat tubuhku masih seperti anak muda. Dan kini dengan kepergiannya otomatis aku harus menahan diri.
Awalnya biasa saja, tapi setelah 2 bulan kesepian yang amat sangat menyerangku. Itu membuat aku menjadi uring-uringan dan menjadi malas-malasan. Seperti minggu pagi itu, walau jam telah menunjukkan angka 9.
Karena kemarin kedua anakku minta diantar bermalam di rumah nenek mereka, sehingga hari ini aku ingin tidur sepuas-puasnya. Setelah makan, aku lalu tidur-tiduran di sofa di depan TV. Tak lama terdengar suara pintu dIbuka dari kamar Sandi.
Kudengar suara langkahnya mendekatiku
“Bu Asmi..?” Suaranya berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku makin erat. Setelah beberapa saat lengang, tiba-tiba aku tercekat ketika merasakan sesuatu di pahaku. Kuintip melalui sudut mataku, ternyata Sandi sudah berdiri di samping ranjangku, dan matanya sedang tertuju menatap tubuhku, tangannya memegang bagian bawah gaunku, aku lupa kalau aku sedang mengenakan baju tidur yang tipis, apa lagi tidur telentang pula. Hatiku menjadi berdebar-debar tak karuan, aku terus berpura-pura tertidur.
“Bu Asmi..?” Suara Sandi terdengar keras, kukira dia ingin memastikan apakah tidurku benar-benar nyeyak atau tidak.
Aku memutuskan untuk pura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku tersingkap semua sampai keleher.
Lalu kurasakan Sandi mengelus bibirku, jantungku seperti melompat, aku mencoba tetap tenang agar pemuda itu tidak curiga. Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena tanganku masuk ke dalam bantal otomatis ketiakku terlihat. Kuintip lagi, wajah pemuda itu dekat sekali dengan wajahku, tapi aku yakin ia belum tahu kalau aku pura-pura tertidur kuatur napas selembut mungkin.
Lalu kurasakan tangannya menelusuri leherku, bulu kudukku meremang geli, aku mencoba bertahan, aku ingin tahu apa yang ingin dilakukannya terhadap tubuhku. Tak lama kemuadian aku merasakan tangannya meraba buah dadaku yang masih tertutup BH berwarna hitam, mula-mula ia cuma mengelus-elus, aku tetap diam sambil menikmati elusannya, lalu aku merasakan buah dadaku mulai diremas-remas, aku merasakan seperti ada sesuatu yang sedang bergejolak di dalam tubuhku, aku sudah lama merindukan sentuhan laki-laki dan kekasaran seorang pria. Aku memutuskan tetap diam sampai saatnya tiba. candusex
Sekarang tangan Sandi sedang berusaha membuka kancing BH-ku dari depan, tak lama kemudian kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan memilin puting susuku. Aku ingin merintih nikmat tapi nanti amalah membuatnya takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam.
Kurasakan tangannya gemetar saat memencet puting susuku, kulirik pelan, kulihat Sandi mendekatkan wajahnya ke arah buah dadaku. Lalu ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku ingin menggeliat merasakan kenikmatan isapannya, aku terus bertahan.
Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua sudah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot puting susuku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali.
Tangan kanan Sandi mulai menelusuri selangkanganku, lalu kurasakan jarinya meraba vaginaku yang masih tertutup CD, aku tak tahu apakah vaginaku sudah basah apa belum. Yang jelas jari-jari Sandi menekan-nekan lubang vaginaku dari luar CD, lalu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku.
Related imageJari-jari Sandi mencoba memasuki lubang vaginaku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah nikmat sekali. Aku harus mengakhiri Sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi, kubuka mataku sambil menyentakkan tubuhku
“Sandi!! Ngapain kamu?”
Aku berusaha bangun duduk, tapi tangan Sandi menekan pundakku dengan keras. Tiba-tiba Sandi mecium mulutku secepat kilat, aku berusaha memberontak dengan mengerahkan seluruh tenagaku.
Tapi Sandi makin keras menekan pundakku, malah sekarang pemuda itu menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku, tapi aku pura-pura menolak.
“Bu.., maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan ini, maafkan saya Bu… ” Sandi melepaskan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan meminta.
“Kamu kan bisa denagan teman-teman kamu yang masih muda. Ibukan sudah tua,” Ujarku lembut.
“Tapi saya sudah tergila-gila dengan Bu Asmi.. Saat SD saya sering mengintip BH yang Ibu gunakan… Saya akan memuaskan Ibu sepuas-puasnya,” jawab Sandi.
“Ah kamu… Ya sudah terserah kamu sajalah”
Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku sudah tidak tahan ingin dijamah olehnya.
Lalu Sandi melumat bibirku dan pelan-pelan aku meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya meremas-remas pantatku. Untuk membuatnya semakin membara, aku minta izin ke WC yang ada di dalam kamar tidurku.
Di dalam kamar mandi, kubuka semua pakaian yang ada di tubuhku, kupandangi badanku di cermin. Benarkah pemuda seperti Sandi terangsang melihat tubuhku ini? Perduli amat yang penting aku ingin merasakan bagaimana sich bercinta dengan remaja yang masih panas.
Keluar dari kamar mandi, Sandi persis masuk kamar. Matanya terbeliak melihat tubuh sintalku yang tidak berpenutup sehelai benangpun.
“Body Ibu bagus banget.. ” dia memuji sembari mengecup putting susuku yang sudah mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku.
Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu.
“Ibu hebat…,” desisnya.
“Apanya yang hebat..?” Tanyaku sambil mangacak-acak rambut Sandi yang panjang seleher.
“Badan Ibu enggak banyak berubah dibandingkan saya SD dulu” Katanya sambil terus melumat puting susuku. Nikmat sekali.
“Itu karena Ibu teratur olahraga” jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. Dengan bergegas kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga kini kami sama-sama bugil.
Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Sandi minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku.
“Masukin aja yuk, Ibu sudah ingin ngerasain penis kamu San!” Cegahku sambil menciumnya.
Sandi tersenyum lebar. “Sudah enggak sabar ya ?” godanya.
“Kamu juga sudah enggak kuatkan sebenarnya San,” Balasku sambil mencubit perutnya yang berotot.
Cerita Dewasa : Sandi tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata Sandi pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa vaginaku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang kemaluan Sandi yang besar.
Berbeda dengan suamiku, Sandi nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang penisnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.
Sandi menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Sandi, lalu diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang vaginaku yang basah merekah.
“Vagina Ibu bagus, tebel, pasti enak ‘bercinta’ sama Ibu…,” dia berbisik persis di telingaku. Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan Sandi, hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku.
Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas Sandi semakin memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas buah dadaku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi. Lalu…, terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang vaginaku dari arah belakang. Oh, my God, dia telah memasukkan rudalnya…!!!
Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kemaluan Sandi memasuki liang vaginaku. Terasa penuh, nikmat luar biasa.
“Oohh…,” sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Sandi mulai memaju mundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali.
“Saann, penismu enaaak…!!!,” kataku setengah menjerit.
Sandi tidak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan rudalnya. Gerakannya cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang besar itu seperti hendak membongkar liang vaginaku sampai ke dasar.
“Oohh…, toloongg.., gustii…!!!”
Sandi malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis.
“Aahh, penismu…, oohh, aarrghh…, penismuu…, oohh…!!!”
Sandi terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang penis yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi menyamping, nampaknya Sandi sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kemaluannya pada vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak.
“Ibu mau keluar! Ibu mau keluaaar!!” aku menjerit-jerit.
“Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget ‘bercinta’ sama Ibu!” Sandi menyodok-nyodok semakin kencang.
“Sodok terus, Saann!!!… Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!!”
“Teruuss…, arrgghh…, sshh…, ohh…, sodok terus penismuuu…!”
“Oh, ah, uuugghhh… ”
“Enaaak…, penis kamu enak, penis kamu sedap, yahhh, teruuusss…”
Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Sandi, kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme!
Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Mungkin sudah ada lima tahun aku tak merasakan kenikmatan seperti ini. Sandi mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme.
Kuturuti permintaan Sandi. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. Sandi mengikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam vaginaku.
Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal tentu perjalanan birahinya sudah cukup tinggi tadi.
Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Sandi dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Sandi segera menunduk, dikecupnya pipiku.
“San.. Kamu hebat banget.. Ibu kira tadi kamu sudah hampir keluar,” kataku terus terang.
“Emangnya Ibu suka kalau aku cepet keluar?” jawabnya lembut di telingaku.
Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Sandi mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan.
Sandi melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat dan cepat. Batang kemaluannya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam vaginaku. Aku mulai mengerang-erang lagi.
“Oorrgghh…, aahh…, ennaak…, penismu enak bangeett… Ssann!!”
Sandi tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Sandi pun kali ini segera akan mencapai klimaks.
Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Sandi. Pemuda itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme.
Tiba-tiba Sandi menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Sandi langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku.
Kedua kakiku menekuk mengangkang. Sandi memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang penisnya yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga.
“Aarrgghhh…!!!” aku menjerit.
“Aku hampir keluar!” Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.
Image result for cewek korea bugril“Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku.
“Ooohhh, enak sekali…, aku keenakan…, enak ‘bercinta’ sama Ibu!” Erang Sandi
“Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…!” Balasku.
“Aku sudah hampir keluar, Buu…, vagina Ibu enak bangeet… ”
“Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss…, yaah, aku juga mau keluarr!”
“Ah, oh, uughhh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaaar…!”
“Yaahh teruuss, sodok teruss!!! Ibu enak enak, Ibu enak, Saann…, aku mau keluar, aku mau keluar, vaginaku keenakan, aku keenakan ‘bercinta’ sama kamu…, yaahh…, teruss…, aarrgghh…, ssshhh…, uughhh…, aarrrghh!!!”
Tubuhku mengejang sesaat sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Sandi menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.
“Oohhh…!!!” dia pun menjerit, sementara terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu.
Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan. Sandi memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sIbuk mengatur nafas.
“Enak banget,” bisik Sandi beberapa saat kemudian.
“Hmmm…” Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Sandi bergerak-gerak di dalam vaginaku.
“Vagina Ibu enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu…”
“Apalagi penis kamu…, gede, keras, dalemmm…”
Sandi bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Sandi menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku.
Sandi lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Sandi karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Sandi mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata,
“Aku bisa enggak puas-puas ‘bercinta’ sama Ibu… Ibu juga suka kan?”
Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Sandi sebagai jawaban. Alhasil, seharian itu kami bersetubuh lagi. Setelah break sejenak di sore hari malamnya Sandi kembali meminta jatah dariku. Sedikitnya malam itu ada 3 ronde tambahan yang kami mainkan dengan entah berapa kali aku mencapai orgasme. Yang jelas, keesokan paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tak bertenaga.
Hampir tidak tidur sama sekali, tapi aku tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya aku kuyu sekali. Teman-teman banyak yang mengira aku sakit, padahal aku justru sedang happy, sehabis bersetubuh sehari semalam dengan bekas muridku yang perkasa.



                                                  Agen Poker Terpercya Bandar Ceme Domino'' Q

Friday, May 5, 2017

cerita dewasa dengan tubuh ku yang sexy

Related image
                                                    Cerita Dewasa' Dengan Tubuh Ku' Yang Sexy                                                        

Namaku Dian Ratnasari (nama samaran). Umur 23 tahun. Aku mahasiswi di sebuah perguruan tinggi di Bandung. Asalku dari Jawa Timur, jadi niatnya cuma belajar di Bandung ini. Siapa tahu bisa jadi tukang insinyur. Aku tinggal di kawasan Dago, menempati sebuah rumah yang cukup luas milik keluarga pamanku. Rumah itu sepi dengan beberapa kamar kosong. Hanya ada aku, seorang pembantu yang cukup tua dan dua ekor anjing peliharaanku serta beberapa ikan di dalam akuarium di sudut ruang tamuku. Keluarga pamanku tinggal di Inggris, karena tugas belajar yang harus ia lakukan.
Berawal dari inisiasi dan orientasi kampus yang dilakukan kakak-kakak tingkatanku, aku berkenalan dengan seorang teman gadis bernama Santi. Gadis yang manis, dengan tinggi sekitar 160 cm, berkulit kuning langsat. Waktu itu, aku sangat kasihan kalau melihat ia menerima hukuman yang menurutku sangat dibuat-buat oleh seniorku. Disuruh mencium-lah, meraba, dan push-up di bawah mereka. Akh… sialan, seribu topan badai! Aku sungguh tidak terima dan biasa gaya sok jagoanku muncul. Kudekati seniorku dan kuhajar dengan beberapa jurus perkenalan dariku. Yah, gini-gini aku cukup menguasai karate dan pencak silat, menyerang dan bertahan, dua hal yang sangat kusenangi. Maklumlah aku suka berkelahi dari kecil.
Beberapa senior pun mulai mengeroyokku. Sambil tentu saja, terjatuh-jatuh menerima tendangan dan libatan tanganku. Apa hendak dikata salah satu senior, yah mungkin ia termasuk pimpinan mahasiswa di kampusku melerai kami dan memberi hukuman pada kami semua. Lari-lari mengitari kampus sambil menyanyi dan menari, dasar!
But never mind, yang terpenting gadis manis itu tidak lagi digoda dan diganggu. Mungkin mereka malu atau takut kalau selesai masa yang harus dilalui mahasiswa baru ini bakal ketemu aku dan bisa benar-benar kuhajar mereka. Bagaimanapun yang lemah harus dibela.
Seminggu kemuRatna, baru kutahu gadis itu satu kelas denganku dan kami pun berkenalan.
“Hai…, terima kasih yah kemarin kamu menolongku. Gara-gara aku, kamu jadi kena masalah deh.” Hey dia menyapaku duluan.
“Ah ndak kok, itu sih urusan kecil buatku”, sambil tersenyum kusapa balik.
“Oh, yah kita belum berkenalan kemarin, nama kamu siapa?” Aku bertanya seolah aku belum tahu namanya. Hi.. hi.. padahal aku sudah tahu namanya dari senior-seniorku.
“Santi, kamu?” Duh mak, nih gadis benar-benar manis sekali, senyumnya aah…, apalagi matanya, bulat dengan alis yang tertata rapi berwarna hitam, serasi sekali
“Hey… kamu kenapa?” Duh ketahuan kalau lagi terpana. Eh, nih anak pakaian dan celananya seksi and ketat sekali, mengundang perhatian cowok, pikirku. Beda sekali denganku, celana jeans belel dengan kemeja panjang kedodoran, potongan rambut pendek cepak dan memakai jam tangan yang besar. Pokoknya aku senang seperti ini, dulu aku terkenal cool di antara teman-teman cowok SMU-ku di Malang.
“Ah.. yah.. namaku Ratna, lengkapnya Dian Ratnasari. Tapi kamu boleh panggil aku apa saja, tapi Ratna lebih nikmat kedengarannya, he.. he.. he.” Jadi grogi juga nih.
“Hmm.., kamu tinggal di mana?” tanyaku, siapa tahu kan nanti dia lebih rajin punya catatan, kan bisa kupinjam. Dasar otak nakal dan pemalas. Aku heran juga, dari kecil aku tidak suka belajar tapi aku bisa dengan mudah menerima apa pun dalam otakku. Bukannya sombong tapi yah.., cuma begitu saja.
Tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri, ketika ia menegurku, “Ian, kamu duduk di sebelahku yah”, pintanya. Aku hanya manggut-manggut saja mengiyakan sambil terus berjalan menuju kelas kami.
“Eh, kamu ini lucu juga yah, dari tadi senyum-senyum sendiri hihihi”, ia tertawa kecil. Duh maak manisnya temanku ini.
Tiba-tiba dari arah belakang terdengar kegaduhan kecil, ternyata segerombolan cowok-cowok mengganggu dan mempermainkan salah seorang teman kami yang lebih kecil ukurannya dari mereka, mungkin sekitar 155 cm. Oh, yah aku sendiri 172 cm dan beratku 60 kg. Cukup tinggi besar untuk ukuran cewek kali, yah?
Lagi-lagi aku belagak nih, padahal memang tanganku gatal ingin meninju orang, habis sedang gregetan nih sama Santi. Kusambar salah satu cowok dan tendanganku sangat tepat bersarang di bawah perutnya, yah si-xxx, tahu temannya menjerit, mereka berhenti dan memandangku. Ada kemarahan di wajah mereka, namun aku tidak tahu kenapa, mereka langsung ngeloyor pergi sambil membantu temannya berjalan. Akh, aku puas juga. Sejak saat itu, aku cukup disegani di kampusku, mungkin juga mereka telah membaca biodataku di buku tahunan.
Kembali menjajari Santi, aku bertanya lagi, “Eh, di mana rumah kamu?”.
Dia tersenyum, “Kamu masih inget dengan pertanyaanmu setelah berkelahi barusan?”, berkata begitu, tangannya menempel di pundakku dan turun menggandeng tanganku.
“Yah, sekali lagi, itu hal kecil buatku, habisnya mereka seenaknya mengganggu orang lain”, gumamku sambil menikmati sentuhan alami lengan dan jari-jari kami yang saling mengait.
“Ah, sudahlah, jangan dibicarakan lagi”.Bosan juga aku, kan aku pingin tahu tentang anak satu ini eh, malah melenceng dari pokoknya.
Related image


“Aku tinggal di Taman Sari”, jawabnya. Akhirnya meluncur juga jawabannya.

“Tinggal dengan siapa?”, tanyaku agak bingung, maklum sendirian sih aku.
“Kost, ama teman-teman juga.., banyak kok”, Ia menjawab sambil memilih tempat duduk untuk kami berdua. Ok, di pojok belakang, jadi aku bisa tidur nih.
“hh, boleh main nih, aku bosan sendirian di rumah”, timpalku.
“Aksen kamu sepertinya bukan dari sini, kalau aku dari sekitar sini juga sih, kamu bukan orang sini, kan?”, Ia balik bertanya padaku. “Iyah, aku bukan orang sini, tapi aku tinggal di rumah pamanku, sekalian jaga rumahnya.”
Kuliah pertamaku dimulai, akh bosan rasanya. Tanpa sengaja tanganku merangkul kursi sebelah dan menempel di punggung Santi. Antara sadar dan tidak, maklum mengantuk, aku seperti merasakan gesekan halus di tangan kananku. Jantungku berdesir dan mulai berdegup kencang.
Kutengok, ternyata punggungnya benar-benar ia gesekkan ke tangan kananku hingga jamku pun tertarik ke atas-bawah, ke kanan-kiri, akhh aku mulai menikmati permainan ini. Bibirnya terbuka sedikit, ia menengadah dan lehernya yang jenjang  kulihat sangat menantangku. Akh, aku ingin mengecupnya, duh aku bergetar. Ada apa ini? 
Aku duduk dengan gelisah, akh dia mempermainkan nafsuku. Aduh bisa pening aku dibuatnya. Aku berdoa, semoga kuliah ini cepat selesai. Dengan sedikit keberanianku, Iih.., aku takut kalau ketahuan teman lain. Telapak tangan kananku mulai meraba dan meremas bahu dan terus turun ke punggung, pinggang, dan berhenti di antara dua kantong saku di belakang jeansnya. Ia mulai menggoyang pantatnya, geser depan-belakang, kanan-kiri. Kuremas salah satu pantatnya yang muat juga di tanganku. Hehehe ternyata cukup kecil, tapi kenyal, dan enaak sekali. Nafasku pun memburu dengan cepat. Akhh lamanya kuliah ini.
Akhirnya, kuliah selesai juga. Permainan kami pun berhenti. Aku tersenyum dan ia pun membalas senyumku dan mengajakku ke belakang (toilet wanita). Duh, gila juga Santi, apa orang sini berani-berani yah. Tanpa ba-bi-bu kuikuti langkahnya dan pokoknya kami sudah ada di dalam. Cukup sepi, karena terhitung masih pagi, belum ada yang ke belakang. Aku bersyukur juga. Lagian yang namanya makhluk berjenis kelamin perempuan tidak begitu banyak. Aku pikir-pikir cukuplah bermain 15 menit.
Aku duduk di closet dan dia kupangku. Kepalanya tepat di hadapanku. Kami hanya berjarak berapa inchi saja. Nafasnya yang hangat menyapu wajahku. Hidungnya yang agak mancung, ia gesek-gesekkan di hidungku, ih geli juga. Aku tidak tahan.
“Hey, I can lift you”, sambil tersenyum ia berkata.
“Aku cuman 48 kok, San”, sambil melingkarkan lengannya di leherku. Kugendong ia dan aku duduk kembali. Ia tertawa lirih.
Tanganku terus meraba paha, terus ke belakang, meremas pantatnya ke atas menelusuri pinggang dan mulai menyelusup di balik kaus ketatnya, tiap gunung kembar itu teraba olehku nampak kausnya bertambah padat dan ia busungkan dadanya sambil menggeliat menahan nafsu birahinya, duh menempel di punyaku, menekan dan, “Terus.., lagi.., dan…” Aku tak sabar, kubuka kaus ketatnya dan gila, Santi benar-benar berbody indah, aku merasa yang di bawah mulai berdenyut-denyut. Bra-nya yang putih kecil, seakan tak mampu menutupinya, kubuka sekalian, dan nampaklah gunung itu atau bisa dikata bukit sajalah. Kecil dan menantang, kuelus dan kujilati, akh harum, keringatnya mulai keluar satu-satu agak asin. Akh, aku semakin gila. Kuremas pantatnya, kutekan ke selangkanganku, akh ia meremas rambutku dan menekan kepalaku tepat di belahan itu. Akhh! ia mulai menjepit kepalaku, akhh aku hampir tak bisa bernafas. Gila kencang sekali mainnya! Kecil-kecil cabe rawit. Duh, nafasku sesak nih. Sambil terus kutekan pantatnya ke perutku.
Akh, lepas juga kepalaku setelah itu ia menjerit pelan, kaget juga aku, kenapa dia? Baru sekali ini aku melakukan permainan kait-mengait. Apalagi dengan seorang gadis. Eeh, apa dia masih gadis? Entar kutanya, tapi mataku sempat melirik jam tanganku dan aku mengerti permainan ini harus ditunda, ada kuliah lagi.
Kukecup lembut dan lidahku masih ingin melumat kedua bukit itu, kupasang kembali bra dan kaus ketatnya.
“Entar lagi, yah”, kataku, ia tersenyum.
“Makasih, Yan”.
Kutepuk-tepuk pantatnya dan segera kuputuskan.
“San.., kamu mau pindah ke rumahku?”, tanpa pikir panjang juga ia mengangguk. Kuturunkan dia dan aku merasa CD-ku seperti lembab dan lengket.
“San, entar dulu yah”, sambil kubuka retsluiting celanaku dan kuraba yang di balik CD-ku yaitu selangkanganku. Jariku basah seperti ada jelly. Ada apa nih? Seketika kubuka agak lebar dan aku melongok untuk melihatnya lebih jelas. Santi meraih jariku yang basah dan menghirup serta menjilatinya, “Enak, asin, gurih, harum selangit!” terpana aku melihat mulutnya yang bergetar ketika menggumamkan kata-kata itu.
Tangannya menuntunku memasuki celana ketatnya dan terus ke bawah dan di balik CD-nya, basah juga. Kenapa kami, yah? Bingung juga yah aku waktu itu. Hehehe, aku mulai menyukai permainan ini. Telapak tanganku ternyata cukup menutupi selangkangannya, ia gesek-gesekkan dan aku mulai menekan kemaluannya, jari tengahku mulai bermain-main kesana-kemari. Kembali Santi menggeliat dan mengerang lirih. Duh, apa toilet ini memang kosong yah? Gila juga nih anak, pakai acara mengerang segala apalagi pakai menjerit.
Eh, seakan ia tahu apa yang kupikir, ia berhenti dan hanya menggigit bibirnya. Aku tidak tahan, kulumat lagi bibirnya dan kubuka pelan dengan mulutku, dan kami berpagutan lagi. Lidahku dan lidahnya berkaitan dan lama. Matanya terpejam dan akh.., aku menemukan daging kecil di dalam, jariku menerobos dan mulai masuk sedikit.
Tiba-tiba meluncur pertanyaan di otakku, refleks kukatakan padanya, “San, kamu pernah melakukan beginian?”.
Image result for foto cewek cantik jakartaIa menjawab pelan, “Belum, Yan.., baru sama kamu.”
“Jadi kamu masih gadis, masih punya selaput?”, kataku.
“Iya, masih. Pelan aja Yan entar sakit.”
“Maaf, San. Lebih baik nggak sekarang, ada kuliah kan.”
Kulihat Santi kecewa, tapi demi amannya saja sih, padahal sungguh aku bodoh sekali pelajaran biologi, jadi aku tidak tahu berapa jarak selaput itu dari luar vagina. Kutarik jariku dan ia pun menjilatinya sampai bersih. Ok, entar lagi. Nikmat juga jilatannya.
Singkat cerita, Santi pindah ke rumah tinggalku dan dia tak mau beda kamar. Inginnya satu kamar denganku. Yah, tidak apa-apa sih, lumayan ada yang menemani. Aku memiliki kebiasaan bermain gitar di sore hari, karena hanya gitar yang bisa kumainkan. Kini tiap kali aku mainkan senar gitar Santi selalu menyanyi merdu hanya untukku seorang. Terkadang aku duduk di kursi malas beranda luar menghadap taman dalam. Santi datang dan duduk mengangkangi kedua kakiku. Ia suka sekali memakai daster pendek di atas lutut dengan CD yang terlihat bila angin bertiup agak kencang atau ketika ia mengangkat kakinya. Pokoknya hal-hal mudah seperti itu sudah cukup merangsang nafsuku. Apalagi bila malam tiba, Santi memakai kimono sutra yang sekali talinya kubuka, nampaklah semuanya.
Tiap malam ia membuatkan aku susu kegemaranku. Saat aku asyik duduk di komputer sedang online atau mengerjakan tugas, Santi menghampiriku dan menempel di punggungku. Hal ini sangat kusukai dan Santi tahu itu. Aku merasakan lekukan bibir kemaluannya, bukitnya dan ia menempelkannya, merenggangkannya akhh.., mengaduk-aduk emosiku. Segera aku membalikkan badanku. Kurengkuh tubuhnya dan kukempit kakinya dengan kedua pahaku yang kuat, kadang Santi meronta dan aku pun melepaskannya, biasa kami berlarian seperti dua orang kakak beradik bermain kejar dan tangkap. Aku sungguh menyukai permainan ini. Kadang Santi tiba-tiba mengerem dan membalikkan tubuhnya dan tentu saja aku menubruknya dan jatuh bersama bergulingan saling menindih. Nafas kami yang tak beraturan karena berlari-lari saling memburu dengan kecupan-kecupan yang semakin menambah ketidakberaturannya nafas kami. Buah dada kami saling menggesek dan, “Berat ah.. Yan”, aku lalu dengan sigap ganti posisi di bawah, dan ia menyeringai puas karena Santi sangat tahu aku sangat menyayanginya dan tidak mau ia merasa sakit atau apapun. Dan mau tahu apa yang ia lakukan tiap itu terjadi? Santi mengambil susu itu dan menuangkannya di vaginanya dan aku menjilatinya hingga kepuasan yang amat sangat pada kami berdua. Coba saja deh atau kalau siang bisa saja pakai es sirup, dengan dingin yang mengalir pelan rasakan.
Kami saling menjaga, menyayangi, dan berusaha memberikan kepuasan. Namun pernah suatu ketika ia sakit demam, duh aku bingung sekali. Kukompres ia kalau panas dan kuselimuti ia sewaktu dingin menyerangnya. Tapi ia tak mau selimut, ia mau tubuhku menyelimutinya dan sekali lagi ia sangat tahu kalau aku benar-benar hanya bertindak sebagai penghangat tubuhnya dengan kekhawatiran di wajahku yang sangat dihafalnya. Santi sangat menyukai sikapku yang melindungi dan menyayanginya. Sikap yang dapat membedakan kapan bermain dan kapan harus menjaga dan merawat.
Santi sangat akrab dengan keluargaku, begitu juga aku. Keluarganya dan keluargaku telah saling mengenal dan tidak mempermasalahkan hubungan kami. Aku bungsu dari empat bersaudara, kupunya 1 orang kakak laki-laki dan 2 kakak perempuan sedangkan Santi sulung dari tiga bersaudara, 1 orang adik perempuan dan 1 orang adik laki-laki. Kemana pun kami selalu berdua, ke supermarket beli bahan kebutuhan sehari-hari, ke mall untuk cari pakaian atau keperluan lain, ke toko-toko buku, ke bioskop buat nonton, dan lain-lain kecuali kalau aku dan ia sedang memiliki aktivitas yang berbeda. Aku senang berorganisasi dan berolah raga sedangkan ia suka melukis dan bermain musik.
Dini hari saat fajar tiba, sambil tidur aku selalu merasakan sesuatu yang berdenyut di bawah dan refleks aku menempel lekat ke tubuhnya, entah itu punggung dengan sentuhan pantat hangatnya atau langsung perut dengan bukit kembar dan selangkangan yang mengaitku. Santi mengerti kebiasaanku di setiap fajar dini hari dan kami pun saling menggesek.
Image result for foto cewek cantik jakarta
Sekali merengkuh tubuhnya, ia jatuh menindihku dan berbaring tiduran di tubuhku. Enak katanya, merasakan pelukanku yang hangat, maklum kota ini lumayan dingin. Pokoknya kami melakukan itu kapan saja. Tidak ada bosan-bosannya, soalnya kami mulai ahli sih. Kami mengubah posisi setiap kali mulai bosan dan yahud juga!
Aku mulai mengerti apa yang namanya liang garba itu. Wah, indah sekali, berapa jarak selaputnya, apa itu clitoris, dan perlu dicatat, sampai kini selaput itu belum robek. Aku tidak mau kalau ia sakit, jadi mulutku hanya mengecup, mengulum dan lidahku menjilati agak ke dalam. Ia sangat menyenangi posisi di atas dan aku di bawah. Terkadang aku bertahan cukup lama, kasihan Santi sudah 2-3 kali keluar baru aku keluar. Kalau aku tentu saja suka posisi kaki saling mengait dan selangkangan kami saling menempel dan bergesek semakin kencang, jadi kami bisa orgasme bersama. Tahu kan caranya. Begini, kuangkat kaki kirinya, kuselipkan kaki kiriku, dan kedua kaki kami saling membelit. Posisi ini menyebabkan cairan kental dari kedua kemaluan kami yang keluar bersamaan bercampur dan euunaak sekali. Kadang dengan cara ini Santi sudah sangat kewalahan mengatur nafas, memekik dan menggeliat kencang, tempat tidurku pun berantakan tiap kali kami main di kamar. Perlu dicatat, selesai permainan dan mandi, tempat tidurku kembali sangat rapi karena Santi orang yang sangat rajin dan menjaga kebersihan. Tidak sepertiku, ceroboh.
Kalau di dapur saat ia memasak aku merengkuhnya dan mengecup lembut lehernya serasa kami sepasang suami istri selayaknya, mendudukkannya di meja dan biasa aku rentangkan kedua paha itu dan mulai mencumbuinya, kubuka celanaku dan kugesekkan CD-ku ke CD-nya. Enak lho. Kalau kami bermain di kamar mandi, yah seperti dua anak kecil yang berteriak-teriak kegirangan saling menyiram tempat-tempat sensitif yang sudah sangat kami hapal sambil menciumi tempat-tempat itu. Bath-up yang sudah mulai terisi dengan busa sabun kuoleskan ke seluruh tubuhnya, terutama di-xxx-nya, pelan karena aku takut kalau ada apa-apa. Santi senang sekali telentang di atas tubuhku, “Nyaman, Yan?” katanya sambil mencari di mana pinggangku. Kupeluk erat ia, kurasakan gunungku menekan punggungnya dan satu hal aku nggak senang posisi ketika ia membalikkan badannya tepat ke arahku (di bath-up). Pernah ia coba dan aku tidak enjoy melihat kesulitannya mencumbuiku.
Permainan di beranda pun kami buat berbeda, seperti sepasang kekasih yang tenang saling membelai dan menata taman sambil tiduran di luar, kami sangat menikmati tidur di atas rumput yang lembut. Cuma kadang aku sangat risih melihat semut. Jadi kami nggak begitu memaksakan diri tiduran di taman. Atau aku cemburu dan takut sama semut, kalau-kalau semut itu memasuki area xxx dan menggigit vagina kekasihku. Akhh kan kasihan Santi hanya bisa meringis kesakitan. Nah, kalau yang ini, di tempat tidur kami seperti dua orang gila yang selalu tergila-gila. Banyak posisi yang kami lakukan, pasti kalau dapat dengan alami melakukanya. Intinya cuma satu, ikuti kata hati, kalau mau stop ya stop, mau nge-sun, sun saja, mau membelai, belai aja, kalau mau maju yah maju, kalau mau ganti yah ganti posisi, begitu saja, sepele. Dan seperti telah menjadi suatu kewajiban bagi Santi untuk selalu membersihkan punyaku dan aku begitu juga, menjilati dan saling menghangati kedua vagina kami dengan telapak tangan yang saling kami selipkan di antara kedua paha kami dan hehehehe. Hangat kan, coba deh.
Pernah suatu ketika aku berkonsultasi ke seorang ahli dan beliaunya menjawab kalau aku sebenarnya termasuk transexsual, berjiwa dan bertingkah laku laki-laki namun tubuh wanita, jadinya setengah-setengah dengan hormon yang lebih banyak jenis laki-laki. Yang umum sih salah satu lebih besar dan mengikuti hormon kelaminnya. Kalau aku mau, kata beliaunya bisa saja bedah kelamin. Tapi biaya yang dikeluarkan pun sangat besar. Yah, sudahlah aku seperti ini saja. Dan selama ini Santi selalu mendampingiku entah sampai kapan. Sudah dua tahun ini aku nyambi bekerja di kontraktor dan aku menikmatinya. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku sebenarnya sanggup menghidupi kami berdua dengan 3 orang sekaligus, misalnya. Mungkin selesai kuliah ini, selesai semuanya. Aku pernah tanyakan kepadanya dan ia hanya tersenyum saja. Ia berkata “Yan, jangan pikir sekarang, apa yang terjadi besok adalah misteri bagi kita semua, kecuali hal-hal yang telah kita persiapkan”, dan kalian tahu sampai saat ini aku belum tahu apa maksud dari perkataannya.



                                                        Agen Poker Terpercaya Bandar Ceme Domino' Q




Baca_Cerita_Agen_Poker_Cerita_Dewasa Sex Mesum Aku Jeany, kini usiaku masuk 24 tahun Selama ini aku dan Mang Lukman sudah lama tidak melaku...